Walau masih merasa sangat kesal dan tidak nyaman setelah pulang dari penjaringan Pilkada/Pemilukada Tangsel (Tangerang Selatan) ini, alhamdulillah saya masih merasa dapat tersenyum manis kok. Sore ini, sembari merebahkan kepalaku yang sedang sedikit migrain ini ke dada bidang suamiku tercinta Ikang Fawzi.
Kita Sesungguhnya Belum Merdeka!
Dulu Saya PDIP, Sekarang & Insya Allah Seterusnya PPP
PDIP memang telah menjadi masa laluku. Rumah partai merah yang hanya ingin kuingat hal-hal yang terbaik saja didalam perjalanan kepartaian. Tidak ingin menyimpan kenangan buruknya terkait dengan perjalanan keputusanku kemarin dulu. Didalam “tak ingin mendukung jadi Gubernur Banten yang diduga koruptor berijazah aspal.” Termasuk juga kekecewaanku terkait dengan seluruh alat bukti dugaan korupsi hasil investigasiku dari BPKP dan BPK terkait dugaan keterlibatan keluarga Ratu Atut Chosiyah pada pemerintahan Banten sejak tahun 2005 sampai dengan 2006 sebagai data primer–dimana dan telah diberikan copy-nya kepada seluruh elit DPP di partai lamaku itu—diacuhkan/tidak dianggap oleh Ibu Megawati Soekarnoputri beserta suaminya. Padahal data primer tersebut langsung by hand saya serahkan melalui Panda Nababan yang kala itu sudah seperti ayah sendiri! Termasuk dugaan niat ‘tidak elok’ dari pemimpin partai di Propinsi Banten/Ketua DPD Jayeng Rana yang mengesahkan ‘pencurian’ tertentu hak milik rakyat dengan alasan demi membesarkan partai serta memenangkan Ibu Megawati kembali jadi Presiden RI/kembali menjadi pemimpin nomor satu Indonesia.
Allahu Akbar! Rupanya pada tahun 2010 belakangan ini, segala upaya menjujurkan keadilan serta membingkai politik dengan hukum yang selama ini kupercaya masih punya tempat dan masih terus sedang diperjuangankan, kelihatannya masih menguji ‘nyali kesabaranku’ lagi.
Nah, salah satu hal krusial-menjengkelkan terkait masalah yang akan saya ceritakan ini adalah ketika mala mini saya mendapatkan beberapa kali dering dan missed-calls mengganggu di HP-ku. Saat dimana saya dan suami tengah beristirahat sambil membaca di perpustakaan salah seorang sahabat diperumahan Bintaro Jaya. Telepon tersebut berasal dari harian lokal Tangerang Selatan bernama Tangerang Ekspres. Sebuah perusahaan harian dari grup Radar Banten/JPNN (Jawa Pos News network). Sang penelpon mengaku bernama Saadatuddaraen dengan nama inisial dalam tulisan sms dia sebagai “aen” dengan nomor HP: 021-93941539. Saya menduga dia dikirim oleh salah satu kandidat yang sudah ‘ge-er’ merasa pasti menang menjadi Walikota Tangerang Selatan. Diduga karena melalui kakak iparnya yang menjadi Gubernur, dirinya merasa mampu: (1) menguasai birokrat lokal; (2) bertindak selama ini seakan menjadi Ibu Ketua PKK Tangerang Selatan padahal namanya tidak ada satupun dalam struktur birokrasi pemerintahan daerah; (3) di Partai asli diapun ‘hanya’ sebagai yunior pendatang baru; (4) pengalaman berorganisasi yang masih mentah/jam terbang minim; serta (5) kemampuan verbal yang tidak mumpuni!
Diduga, dengan kehadiran saya pada Rakercab PDIP bersama runningmate Pemilukada Tangsel 2010 Bapak H. Achmad Suwandhi, membuat yang bersangkutan diatas panik total sehingga mengharusnya diri dan timnya mengubah strategi! Diduga lebih lanjut, bahwa yang bersangkutan melakukan upaya lagu lama basi berupa kampanye hitam/black campaign melalui media cetak lokal yang telah mampu disetir dengan ‘investasi’ pemasangan iklan politik rutin dalam jangka panjang. Dimana belakangan ini disinyalir yang bersangkutan diduga menggunakan dana ‘haram’ APBD. Baru-baru ini dimedia lokal mencuat isu defisit anggaran pemerintah daerah Tangsel sebesar kurang lebih Rp 14 Milyar,- lebih digunakan bagi mendanai kampanye terselubung dirinya untuk menjadi Walikota Tangsel!
Terimakasih Banyak Pak Achmad Suwandhi
Saya patut merasa bersyukur serta terimakasih tak terhingg kepada Bapak Achmad Suwandhi atas kehadirannya memenuhi permintaan kader setia PDIP (Warga Perjuangan Tangsel) yang meminta kami berdua hadir pada Rakercab tersebut.
Saya meyakini bahwa beliau tidak suka berkonflik, serta kurang nyaman dengan suasana riuh-rendah perpolitikan yang kontra produktif seperti itu. Sementara disisi lain, sayapun hari ini telah menjadi kader PPP yang sesuai hati nurani dan mengikuti khitah Ka’bah partai Islam satu-satunya yang masih eksis di Indonesia. Sehingga kehadiran saya dan Pak Wandi di PDIP tadi siang adalah sekedar bernostalgia serta memenuhi keinginan ratusan kader PDIP yang yang sampai sekarang sejak dulu merupakan rakyat militant pendukung setiaku.
Karenanya, kehadiran serta keikhlasan Pak Wandi atau Pak AS terkait dengan upaya hadir bersama PDIP dalam Rakercab tersebut, saya dan Ikang Fawzi suamiku, kedua anakku, beserta seluruh keluarga besar perjuangan menghaturkan banyak terimakasih.
Tak Berharap Banyak pada PDIP
Benar-benar kami tim ASMARA Centre tidak berharap banyak pada DPC PDIP untuk mengusung pasangan kami. Karena kami sadar, sekaligus kami sangat faham bahwa ‘investasi’ politik kandidat tertentu yang sudah merasa diatas angin sejak setahun lalu sosialisasi—dengan dugaan memakai dana APBD/tidak sah—sudah merasa pasti menang dan merasa pasti dapat dukungan PDIP.
Sekali lagi melalui tulisan sederhanan ungkapan hati ini, dimana saya yakini terus diikuti oleh banyak orang termasuk kelompok jurnalis tertentu ditempat tertentu timses salah satu kandidat yang saya maksudkan diatas, agar faham. Bahwa tim ASMARA Centre tidak berambisi mengambil PDIP sebagai partai pengusung.
Namun jangan salahkan kami bilamana masih banyak kader, simpatisan bahkan mereka yang punya posisi tertentu di PDIP yang diam-diam masih setia pada hati nurani, kebenaran, serta masih mau dan mampu menjujurkan keadilan serta membingkai politik dengan hukum! Serta tidak sudi membeli yang diduga kucing garong dalam karung yang berniat menjadi kepala daerah dengan dugaan
nawaitu sebagai juragan proyek untuk kesejahteraan diri sendiri serta keluarga/kelompoknya. Dimana rakyat hanya jadi pelengkap penderita. Ibarat mendorong mobil mogok, ketika mesin mobil sudah hidup yang mendorong ditinggal dibelakang dengan lambaian serta senyum manis yang membuat semuanya terkesima ‘bengong’!
Innalilahi wa inna ilahi rojiuuun… semoga rakyat Tangerang selatan lebih cerdas dari wilayah lainnya diseluruh Banten.
Kita sesungguhnya BELUM MERDEKA!
Sumber:
http://marissahaque.blogdetik.com/
Pesanku untuk Airin Rachmi Diany (Adik Ipar Ratu Atut Chosiyah): Marissa Haque Fawzi